A. INTRODUCTION
a. Background
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan inti dari
proses pendidikan dimana terjadi interaksi antara dosen dengan mahasiswa.
Didalam proses pembelajaran dosen memiliki peran yang sangat penting demi
tercapai pendidikan yang optimal. Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan
seorang dosen dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang
optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan seorang dosen untuk menciptakan
kondisi yang menguntungkan, menyenangkan mahasiswa dan penciptaan disiplin belajar
secara sehat. Mengelola kelas meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran
dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Dalam kaitan ini sedikitnya terdapat tujuh hal yang
harus diperhatikan yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan
tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk kemateri yang akan
dipelajari (pembentukan dan pengembangan kompetensi).
Tugas utama seorang dosen adalah menciptakan suasana belajar
yang PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) sehingga
dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Keberhasilan
pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran, sangat tergantung
kepada kemampuan kelas, kelas yang dapat menciptakan situasi untuk memungkinkan
anak didik dapat belajar dengan baik merupakan titik awal keberhasilan
pengajaran. mahasiswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar tanpa
tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar dan untuk menciptakan
suasana yang dapat menimbulkan gairah belajar, efektivitas pembelajaran dan
yang lebih memungkinkan dosen memberikan bimbingan dan bantuan terhadap mahasiswa
dalam belajar, maka diperlukan pengelolaan kelas yang memadai.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar bukan hanya
ditentukan oleh kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran, tetapi juga
dipengaruhi oleh kemampuannya mengelola kelas. Hasil hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tujuh indikator yang
menunjukan lemahnya kinerja dosen dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar.
Salah satunya adalah kurangnya kemahiran dosen dalam mengelola kelas disamping rendahnya
pemahaman tentang strategi pembelajaran, rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan
penelitian tindakan kelas, rendahnya motivasi berprestasi, kurang disiplin,
rendahnya komitmen profesi dan rendahnya kemampuan manajemen waktu.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat
di simpulkan bahwa perlu untuk menerapkan pembelajaran aktif untuk meningkatkan
motivasi belajar mahasiswa. Dalam pembelajaran aktif terdapat beberapa teknik,
salah satu upaya untuk mengatasi beberapa permasalahan diatas adalah
pembelajaran aktif teknik “Everyone Is a Teacher Here”. Pada teknik “Everyone
Is a Teacher Here” mahasiswa akan belajar secara mandiri dengan mempelajari
materi, menjawab pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada mahasiswa lain sepertin
halnya guru. Peran dosen hanya sebagai fasilitator sementara mahasiswa dituntut
untuk lebih aktif sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna.
b.
Problem Statement
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas oleh peneliti dalam penulisan karya
ilmiah ini adalah:
1. Bagaimana cara meningkatkan
motivasi belajar mahasiswa melalui penerapan pembelajaran aktif teknik Everyone
Is a Teacher Here pada mata kuliah Psikologi Pendidikan di IAIN Salatiga?
2.
Apakah terdapat peningkatan hasil belajar
mahasiswa dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe Everyone is
teacher here pada mata kuliah Psikologi Pendidikan?
B.
Literature Review
Untuk
menghindari salah pengertian mengenai makna istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa definisi operasional sebagai
berikut:
1.
Model pembelajaran kooperatif menurut Anita
Lie (2000) adalah istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa
lain dalam tugas-tugas terstruktur (isjoni, 2009: 16). Model pembelajaran dapat
didefinisikan pula sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. (Suprijono, 2010: 46). Dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif ada
yang disebut dengan EITH atau Everone is teacher here (semua orang dapat
menjadi seorang guru). Strategi ini diterapkan untuk memandang mahasiswa yang sudah
memiliki pengetahuan tentang sebuah topik yang akan dipelajari walaupun kadarnya
berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk menggali pengetahuan atau kemampuan siswa,
guru dapat meminta siswa menuliskan pertanyaan tentang topik yang akan
dipelajari diatas kertas untuk kemudian pertanyaan diacak untuk dijawab
temannya sendiri. (Marno &
Idris, 2008:152)
2.
Hasil belajar siswa adalah pengetahuan siswa
yang diperoleh setelah melakukan proses belajar yang diukur dengan menggunakan
alat ukur tes.
Kerangka Pemikiran
1.
Pengertian Model Pembelajaran Coopertive
Learning
Perkembangan model
pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model
pembelajaran tradisional seperti kompetitif kini mulai ditinggalkan berganti
dengan model yang lebih modern. Salah satu model pembelajaran yang kini banyak
mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative
learning, karena model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami
konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.
Model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori
psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis
terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat oprasional
dikelas. (Suprijono, 2010: 45-46)
Arends
berpendapat bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
(Suprijono, 2010: 46)
Secara
sederhana Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikansecara khas oleh guru di
kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian
kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Melalui model
pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran juga
dapat berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru
dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. Dengan menggunakan model cooperative diharapkan hasil belajar yang
dicapai pun lebih baik. Karena dalam pelaksanaannya peserta didik bertanggung
jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka (Suprijono, 2010:
54). Penggunaan model pembelajaran yang berbeda dalam setiap proses
pembelajaran termasuk salah satu strategi guru dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
Tujuan yang
paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan (Slavin,
2010: 33). Roger dan David Jonhson mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bias dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, terdapat lima unsure dalam proses pembelajaran yang harus diterapkan:
a.
Positive interdependence (saling
ketergantungan positif)
b.
Personal responsibility (tanggung
jawab perseorangan)
c.
Face to face promotive interaction (interaksi
promotif)
d.
Nterpersonal skill (komunikasi
antar anggota)
e.
Group processing (pemrosesan
kelompok)
Model
pembelajaran ini memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan
demokratis. Mahasiswa bukan lagi objek pembelajaran, namun bisa juga berperan
sebagai tutor bagi teman sebayanya.
2.
Pengertian hasil belajar kognitif
Untuk dapat
menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan
usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi pada
dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan pertimbangan
tertentu. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil
belajar.
Tujuan
instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan
pada diri mahasiswa. Oleh sebab itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh
mana perubahan tingkah laku mahasiswa telah terjadi melalui proses belajarnya.
Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional, dapat diambil tindakan perbaikan pengajaran dan perbaikan siswa
yang bersangkutan. (Sudjana, 2009:2)
Fungsi dari
penilaian itu sendiri bermanfaat ganda, yakni bagi guru juga bagi mahasiswanya.
Penilaian ini terbagi menjadi dua, penilaian jangka pendek atau penilaian
formatif yang berfungsi bagi perbaikan proses belajar mengajarkannya. Sedangkan
penilaian sumatif, atau penilaian jangka panjang adalah dilakukan untuk
mengetahui keberhasilan mahasiswa dalam menguasai tujuan instruksional atau
tujuan kurikuler.
Salah satu
bentuk alat ukur nya adalah dengan melakukan evaluasi tes atau non tes.
Evaluasi itu sendiri dapat diartikan penilaian terhadap tingkat keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. (Syah, 2003:
195)
Kemudian istilah
cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing,
yang berarti mengetahui. Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitif
menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ ranah psikologis
manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan
keyakinan. Menurut Chaplin (1972) ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan ranah rasa. (Syah, 2003: 22)
Hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor yang datang
dari dalam siswa itu sendiri dan faktor dari luar siswa itu sendiri/faktor
lingkungan. Meski pengaruh dari dalam siswa merupakan faktor yang dianggap
lebih mempengaruhi, namun ternyata hasil belajar juga sangat bergantung pada
lingkungannya itu sendiri. Salah satunya adalah kualitas pengajarannya.
Yang dimaksud
dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif dan tidaknya
proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Sehingga dengan
penggunaan model pembelajaran yang berbeda disetiap pelaksanannya siswa
terangsang untuk belajar lebih giat lagi yang dampaknya akan positif terhadap
prestasi atau hasil belajarnya sendiri.
Ada enam hal yang dapat diukur dalam
pencapaian hasil belajar ranah kognitif, yakni:
1.
Hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
2.
Hasil belajar pemahaman (comprehension)
3.
Hasil belajar penerapan (aplikasi)
4.
Hasil belajar analisis
5.
Hasi belajar sintesis
6.
Hasil belajar evaluasi.
C.
Methods
Metodologi
penelitian
Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan jenis data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif
digunakan untuk mengetahui gambaran proses terlaksaannya pembelajaran
kooperatif tipe everyone is teacher here yang telah diperoleh dari
lembar observasi mahasiswa. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka-angka bilangan. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes
sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher
here dan tes setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe everyone
is teacher here yang diasumsikan dapat terjadi peningkatan hasil belajar mahasiswa
dikelas.
2.
Menentukan sumber data
a.
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian kali ini dilaksanakan di
IAIN Salatiga yang terletak di Jl. Lingkar Salatiga KM.2 kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga Telepon (0298) 6031364
b.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa di matakuliah Psikologi Pendidikan Semester 4 di IAIN
Salatiga tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah 35 siswa. Adapun jumlah laki-laki terdiri dari 8 dan jumlah
perempuan 27 orang
c.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan
dengan total sampling (sampel jenuh), diambil dari seluruh mahasiswa
kelas Psikologi Pendidikan yang terdiri dari 1 kelas.
3.
Metode dan desain penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yaitu merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang disengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
(Arikunto, dkk, 2008: 3)
Kelas yang menjadi bahan penelitian
adalah kelas yang menjadi pegangan peneliti sendiri, serta rencana aktivitas
pembelajaran dibuat dan dilaksanakan oleh peneliti sendiri dan dievaluasi
sendiri, sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menelaah
kemampuan mahasiswa. Adapun kegiatan dalam penelitian ini mengacu pada model
siklus yang terdapat dalam buku Suharsimi arikunto (2009: 16)
1.
Observasi
Yakni
pengamatan tingkah laku pada satu situasi tertentu. Observasi biasanya dalam
situasi yang sebenarnya atau observasi langsung, dan observasi tidak langsung.
Kedua jenis observasi ini dapat dilaksanakan secara sistematik, yakni dengan
menggunakan pedoman observasi dan bisa pula tidak. (Sudjana, 2009: 114)
Observasi
digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses kegiatan
belajar mengajar pendidikan agama islam dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe EITH. Aspek pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan belajar
mengajar yang dijadikan sebagai patokan observasi aktifitas siswa meliputi:
i.
Memperhatikan penjelasan dosen/mahasiswa
ii.
Keseriusan mahasiswa mengambil giliran dan
berbagi tugas.
iii.
Keseriusan mahasiswa dalam bertanya atau
berdiskusi antar mahasiswa dan dosen.
iv.
Keseriusan mahasiswa dalam bertanya atau
berdiskusi antar mahasiswa.
v.
Ketersediaan mahasiswa dalam membacakan dan
menjawab pertanyaan
References
Dale H. Schunk. 2004. Learning theory “an education
perspective”, North Carolina
Ferdonan. 2011. jurnal penelitian universitas negeri malang.
Jhon W, Creswell, 2014. Reseach design. United states of
america
Kumaravadivelu, B. 2006, understanding
language teaching, London
Silverman, david, fourth edition 2014, doing qualitative
reseach, london