Wednesday, October 17, 2018

contoh CARA pembuatan laporan penelitian kelas dari INTRODUCTION, LITERATURE REVIEW, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN METHODS


A.    INTRODUCTION
a.       Background
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan inti dari proses pendidikan dimana terjadi interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Didalam proses pembelajaran dosen memiliki peran yang sangat penting demi tercapai pendidikan yang optimal. Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan seorang dosen dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan seorang dosen untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan mahasiswa dan penciptaan disiplin belajar secara sehat. Mengelola kelas meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Dalam kaitan ini sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk kemateri yang akan dipelajari (pembentukan dan pengembangan kompetensi).
Tugas utama seorang dosen adalah menciptakan suasana belajar yang PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) sehingga dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran, sangat tergantung kepada kemampuan kelas, kelas yang dapat menciptakan situasi untuk memungkinkan anak didik dapat belajar dengan baik merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. mahasiswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar dan untuk menciptakan suasana yang dapat menimbulkan gairah belajar, efektivitas pembelajaran dan yang lebih memungkinkan dosen memberikan bimbingan dan bantuan terhadap mahasiswa dalam belajar, maka diperlukan pengelolaan kelas yang memadai.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuannya mengelola kelas. Hasil hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tujuh indikator yang menunjukan lemahnya kinerja dosen dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar. Salah satunya adalah kurangnya kemahiran dosen dalam mengelola kelas disamping rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, rendahnya motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi dan rendahnya kemampuan manajemen waktu.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di simpulkan bahwa perlu untuk menerapkan pembelajaran aktif untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Dalam pembelajaran aktif terdapat beberapa teknik, salah satu upaya untuk mengatasi beberapa permasalahan diatas adalah pembelajaran aktif teknik “Everyone Is a Teacher Here”. Pada teknik “Everyone Is a Teacher Here” mahasiswa akan belajar secara mandiri dengan mempelajari materi, menjawab pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada mahasiswa lain sepertin halnya guru. Peran dosen hanya sebagai fasilitator sementara mahasiswa dituntut untuk lebih aktif sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna.
b.      Problem Statement
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas oleh peneliti dalam penulisan karya ilmiah ini adalah:
1.      Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar mahasiswa melalui penerapan pembelajaran aktif teknik Everyone Is a Teacher Here pada mata kuliah Psikologi Pendidikan di IAIN Salatiga?
2.      Apakah terdapat peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe Everyone is teacher here pada mata kuliah Psikologi Pendidikan?
B.       Literature Review
Untuk menghindari salah pengertian mengenai makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa definisi operasional sebagai berikut:
1.      Model pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie (2000) adalah istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur (isjoni, 2009: 16). Model pembelajaran dapat didefinisikan pula sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. (Suprijono, 2010: 46). Dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif ada yang disebut dengan EITH atau Everone is teacher here (semua orang dapat menjadi seorang guru). Strategi ini diterapkan untuk memandang mahasiswa yang sudah memiliki pengetahuan tentang sebuah topik yang akan dipelajari walaupun kadarnya berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk menggali pengetahuan atau kemampuan siswa, guru dapat meminta siswa menuliskan pertanyaan tentang topik yang akan dipelajari diatas kertas untuk kemudian pertanyaan diacak untuk dijawab temannya sendiri. (Marno & Idris, 2008:152)
2.      Hasil belajar siswa adalah pengetahuan siswa yang diperoleh setelah melakukan proses belajar yang diukur dengan menggunakan alat ukur tes.
 Kerangka Pemikiran
1.      Pengertian Model Pembelajaran Coopertive Learning
Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional seperti kompetitif kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang lebih modern. Salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning, karena model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.
            Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat oprasional dikelas. (Suprijono, 2010: 45-46)
Arends berpendapat bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. (Suprijono, 2010: 46)
Secara sederhana Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikansecara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran juga dapat berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. Dengan menggunakan model cooperative diharapkan hasil belajar yang dicapai pun lebih baik. Karena dalam pelaksanaannya peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka (Suprijono, 2010: 54). Penggunaan model pembelajaran yang berbeda dalam setiap proses pembelajaran termasuk salah satu strategi guru dalam pencapaian tujuan pendidikan. 
Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan (Slavin, 2010: 33). Roger dan David Jonhson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bias dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsure dalam proses pembelajaran yang harus diterapkan:
a.       Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
b.      Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
c.       Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
d.      Nterpersonal skill (komunikasi antar anggota)
e.       Group processing (pemrosesan kelompok)
Model pembelajaran ini memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Mahasiswa bukan lagi objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.
2.      Pengertian hasil belajar kognitif
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan pertimbangan tertentu. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.
Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri mahasiswa. Oleh sebab itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku mahasiswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional, dapat diambil tindakan perbaikan pengajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. (Sudjana, 2009:2)
Fungsi dari penilaian itu sendiri bermanfaat ganda, yakni bagi guru juga bagi mahasiswanya. Penilaian ini terbagi menjadi dua, penilaian jangka pendek atau penilaian formatif yang berfungsi bagi perbaikan proses belajar mengajarkannya. Sedangkan penilaian sumatif, atau penilaian jangka panjang adalah dilakukan untuk mengetahui keberhasilan mahasiswa dalam menguasai tujuan instruksional atau tujuan kurikuler.
Salah satu bentuk alat ukur nya adalah dengan melakukan evaluasi tes atau non tes. Evaluasi itu sendiri dapat diartikan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. (Syah, 2003: 195)
Kemudian istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, yang berarti mengetahui. Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Menurut Chaplin (1972) ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. (Syah, 2003: 22)
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor yang datang dari dalam siswa itu sendiri dan faktor dari luar siswa itu sendiri/faktor lingkungan. Meski pengaruh dari dalam siswa merupakan faktor yang dianggap lebih mempengaruhi, namun ternyata hasil belajar juga sangat bergantung pada lingkungannya itu sendiri. Salah satunya adalah kualitas pengajarannya.
Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif dan tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Sehingga dengan penggunaan model pembelajaran yang berbeda disetiap pelaksanannya siswa terangsang untuk belajar lebih giat lagi yang dampaknya akan positif terhadap prestasi atau hasil belajarnya sendiri.
Ada enam hal yang dapat diukur dalam pencapaian hasil belajar ranah kognitif, yakni:
1.    Hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
2.    Hasil belajar pemahaman (comprehension)
3.    Hasil belajar penerapan (aplikasi)
4.    Hasil belajar analisis
5.    Hasi belajar sintesis
6.    Hasil belajar evaluasi.
C.      Methods
Metodologi penelitian
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan jenis data
            Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran proses terlaksaannya pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher here yang telah diperoleh dari lembar observasi mahasiswa. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka bilangan. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher here dan tes setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher here yang diasumsikan dapat terjadi peningkatan hasil belajar mahasiswa dikelas.
2.      Menentukan sumber data
a.       Lokasi penelitian
      Lokasi penelitian kali ini dilaksanakan di IAIN Salatiga yang terletak di Jl. Lingkar Salatiga KM.2 kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Telepon (0298) 6031364
b.      Populasi
      Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di matakuliah Psikologi Pendidikan Semester 4 di IAIN Salatiga tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah 35 siswa. Adapun jumlah laki-laki terdiri dari 8 dan jumlah perempuan 27 orang
c.       Sampel
      Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan total sampling (sampel jenuh), diambil dari seluruh mahasiswa kelas Psikologi Pendidikan yang terdiri dari 1 kelas.
3.      Metode dan desain penelitian
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yaitu merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang disengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. (Arikunto, dkk, 2008: 3)
            Kelas yang menjadi bahan penelitian adalah kelas yang menjadi pegangan peneliti sendiri, serta rencana aktivitas pembelajaran dibuat dan dilaksanakan oleh peneliti sendiri dan dievaluasi sendiri, sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menelaah kemampuan mahasiswa. Adapun kegiatan dalam penelitian ini mengacu pada model siklus yang terdapat dalam buku Suharsimi arikunto (2009: 16)
1.      Observasi
Yakni pengamatan tingkah laku pada satu situasi tertentu. Observasi biasanya dalam situasi yang sebenarnya atau observasi langsung, dan observasi tidak langsung. Kedua jenis observasi ini dapat dilaksanakan secara sistematik, yakni dengan menggunakan pedoman observasi dan bisa pula tidak. (Sudjana, 2009: 114)
Observasi digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar pendidikan agama islam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe EITH. Aspek pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar yang dijadikan sebagai patokan observasi aktifitas siswa meliputi:
                                     i.       Memperhatikan penjelasan dosen/mahasiswa
                                   ii.      Keseriusan mahasiswa mengambil giliran dan berbagi tugas.
                                 iii.       Keseriusan mahasiswa dalam bertanya atau berdiskusi antar mahasiswa dan dosen.
                                 iv.       Keseriusan mahasiswa dalam bertanya atau berdiskusi antar mahasiswa.
                                    v.      Ketersediaan mahasiswa dalam membacakan dan menjawab pertanyaan
References
Dale H. Schunk. 2004. Learning theory “an education perspective”, North Carolina
Ferdonan. 2011.  jurnal penelitian universitas negeri malang.
Jhon W, Creswell, 2014. Reseach design. United states of america
Kumaravadivelu, B. 2006, understanding language teaching, London

Silverman, david, fourth edition 2014, doing qualitative reseach, london

No comments:

Post a Comment