Wednesday, January 2, 2019

Pendidikan karakater di zaman Ki Hadjar Dewantara


Pendidikan karakater di zaman Ki Hadjar Dewantara


a)      Budi pekerti

Dalam pandangan ki hadjar Budi pekerti adalah jiwa dari pengajaran. Budi pekerti bukan konsep yang bersifat teoritis sebagaimana yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya, dan bukan pula pengajaran budi pekerti dalam arti mengajar teori tenteng baik buruk, benar salah dan seterusnya. Akan tetapi pengajaran budi pekerti mengandung arti pemberian ceramah tentang hidup kejiwaan atau peri peradaban manusia. Ki hadjar menyatakan bahwa mungkin ada yang mengira, kalau seorang pengajar harus seorang yang berpengetahuan dan berpengalaman, paling tidak harus suci hidupnya, lahir dan batin, karena mereka beralasan guru adalah orang yang harus “digugu” dan “ditiru”.
Ki hadjar juga menyatakan terhadap anak-anak kecil cukuplah kita membiasakan mereka untuk bertingkah laku yang baik, sedangkan bagi anak-anak yang sudah dapat berfikir, sebaiknya diberikan keterangan-keterangan yang perlu, agar mereka dapat pengertian dan keinsyafan tentang kebaikan dan keburukan pada umumnya. Ki hadjar juga mengharapkan pendidikan budi pekerti harus mempergunakan syarat-syarat yang selaras dengan jiwa kebangsaan menuju kepada kesucian, ketertiban dan kedamaian lahir batin. Konsep budi pekerti menggunakan dasar yang disebut pancadarma yaitu
a.       Asas kemerdekaan
b.      Asas kebangsaan
c.       Asas kemanusian
d.      Asas kebudayaan
e.       Asas kodrat alam

b)      Ahklak

Pendidikan ahklak adalah jiwa dari pendidikan islam, dan islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan ahklak adalah jiwa pendidikan islam. Ahklak atau karakter, dalam hal ini husaini mempertegaskan bahwa pemerintah Indonesia telah merencanakan perlunya pendidikan berbasis karakter. Sejak itu berbagai progam tentang pendidikan karakter telah diluncurkan. Dasar pemikiranya adalah bahwasanya, tujuan pendidikan menurut undang undang pendidikan nasional, adalah untuk membentuk anak didik yang cerdas, kreatif, beriman, bertaqwa, dan sebagainya. Pendidikan bukan hanya sekedar untuk menghasilkan manusia cerdas, tapi manusia yang berkarakter. Justru berkarakterlah yang dipandang lebih penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan tehnik-tehnik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan, pembiasaan berbuat baik; pembiasaan berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungan kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan tetapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk serta kekuatan yang ideal.



No comments:

Post a Comment